Sabtu, 06 Desember 2008

Al-kalabazi
Nama lengkap beliau adalah abu bakar bin Abi Ishaq al-Kalabadzi. Tidak diperoleh pasti tentang kelahirannya. Akan tetapi nisbahnya dianggap sebagai merujuk kepada sebuah tempat Bukhara, yang bernama Kalabadz. Ia dimakamkan di Bukhara. Tahun wafatnya yang paling popular adalah 380/990 . Meskipun ada juga ang mengatakan bahwa ia wafat 384 H/994 M atau 385 H/995 M .
Hampir semua yang diketehui tentang ihwal pendidikan dan latar belakang profesionalnya adalah bahwa dia mempelajari hokum Islam dengan seorang faqih Hanafi bernama Muhammad bin Fadhl (w.319/913). Sebagai seorang sufi, Kalabadzi adalah seorang murid dari FAris Ibn Isa (w. + 340/951), seorang sahabat dari martir yang paling terkenal dalam dunia tasawuf, Hallaj.
Kalabadzi dikenal lantaran karyanya yang berjudul Al-Ta`arruf li-Madzhab Ahl al-Tashawuf. Kitab ini mendapatkan penghargaan yang tinggi karena isinya yang cukup jelas dalam menguraikan ajaran-ajaran tasawuf sembari menguraikan bahwa tasawuf adalah sejalan dengan Islam ortodoks.
Penjelasan Kalabadzi memuat 75 pasal ringkas yang disusun dalam lima bagian: latar belakang umum kelahiran tasawuf, termasuk beberapa daftar pengarang dan sufi masyhur. 24 bab menegnai berbagai doktrin atau unsur keyakinan, 5-30; analisis cirri-ciri utama dari pedagogi sufi ihwal pengalaman dan pertumbuhan spiritual (31 – 51); dan terakhir, serangkaian pasal yang berorientas yang berorientasi praktis yang merinci pembuktian ajaran sufi (64-75).
Kababzi lebih tertarik pada penyediaan pandangan yang lebih luas atas doktrin-doktrin sufi. Sekalipun katalognya atas apa yang penulis sebut sebagai maqam dan hal tampak lebih maju, dia tidak mengaitkan secara eksplisit pada pertumbuhan tersebut. Dia juga memasukkan dua dari empat babnya tentang makrifat—Bab 21: tentang makrifat dan Bab 22: perbedaan pandangan tentang makrifat—di tengah-tengah masalah lainnya tentang lika-liku datar “doktrin-doktrin” sufi. Pada bab pertama, ia menekankan tidak memadainya akal dan kebutuhan pada Allah sebagai satu-satunya pandu meuju-Nya terhadap latar belakang itu, ia mengikuti pembedaan yang diberikan Junaid tentang dua aras makrifatullah. Aras pertama adalah penyingkapan dari Ilahi (ta`arruf), sedemkian sehingga Allah menganugerahi Ibrahim ketika Dia memperlihatkan kepadanya alam-alam malakut dari langit dan bumi (QS 6: 75-79). Dan aras rendah dari titah dan pelajaran adari Ilahi , di mana semua orang beriman sampai pada tingkat makrifat melalui kesadaran akan “tanda-tanda pada ufuk dan diri mereka sendiri”.
Dia juga memulai dengan perbedaaan yang menarik lainnya antara dua corak makrifat: makrifat kebenaran, yang melibatkan kebenaran keesaan Ilahi: dan kebenaran terhadap realitas spiritual puncak (haqiqah), yang mencakup bahwa realisasi bahwa pengetahuan semacam itu merupakan karunia murni dan tidak bisa dicapai melalui nalar. Akhirnya bab 62 mendiskusikan “penjelasan tentang orang yang dikaruniai makrifat” menekankan kualitas kekacauan dan ketidak cukupan nalar, tetapi tetapi itu tidak memilih salah satu nalar deskripsi yang terpapar.



Abu Thalib Al-Makki

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ali bin Athiyah Abu thalib al-Makki al-Harits al- Maliki. Beliau merupakan tokoh sufi dan penulis spiritual muslim awall abad pertengahan yang cukup berpengaruh . Beliau wafat di Baghdad pada tahun 386 H/996 M. dan sekali lagi, makamnyapun masih belum jelas keberadaanya.
Kapan beliau dilahirkan tidak diketahui secara pasti. Akan tetapi beliau tumbuh Makkah abad ke-10, sebagian yang lain mengatakan beliau dilahirkan diJabal yaitu daeerah antara Baghdad dan Wasith.
Kehidupan dan pendidikan yang dijalan oleh Abu Thalib al-Makki tidaklah banyak disebutkan di dalam sejarahnya para tokoh Sufi.
Beliau merupakan tokoh sufi yang sangat tekun dalam mengkaji ilmu agama, sehingga balia nampak banyak memiliki ilmu agama. Penguasaannya dalam bidang agama sudah tidak diragukan lagi. Dalam menimba ilmu beliau banyak berguru kepada orang-orang alim. Seperti; Syekh Ali bin Ahmad bin al-Mashri, Abu Bakar Muhammad bin Ahmad al-jarajarini al-Mufid dan kepada Abul Hasan Ahmad bin Muhammad Ibnu Ahmad bin Salim al-Shaghir, di mana beliau memperdalam ilmu tasawufnya.
Ajaran tasawuf yang beliau pelajari ialah Taswuf Salafiyah beliau mendalaminya dengan berguru kepada Abu al-Hasan di Iraq. Kemudian setelah belajar tasawuf yang dibawanya banyak diikuti oleh oleh masyarakat Basrah dan umat islam saat itu. Karena tasawuf beliau bersumber dari Tasawuf Sahab bin Abdullah al-Tistari.
Akan tetapi, beliau mengalami kesulitan di dalam mengembangkan ajarannya karena penduduk Basrah dalam kehidupan tasawufnya banyak yang enganut aliran Salimiyah sedangkan penduduk Baghdad kehidupan tasawufnya mengikuti aliran junaidiyah. Oleh sebab itu anu thalib al-makki dilarang untuk mengembangkan tasawufnya dikota Baghdad karena telah terjadi perbedaan.
Sebagai seorang Sufi, Ia memiliki dasar-dasar pemikiran yang telah dikembangkannya—Pemikiran beliau banyak termaktub dalam karya monumentalnya yaitu; Qut al-quluub fi mu`allamatil mahbub wa washf thariq al-muriid ila maqaam al-tauhiid, yang banyak dibaca secara luas dan dianjurkan selama beberapa abad.
Dalam buku tersebut al-Makki mencoba menggambarkan makrifat tidak melakukan dalam konteks mencari pengetahuan yang lebih besar, tetapi dia melakukan perhatian epistemologis atas seluruh fondasi karyanya. Ia juga menncirikan dua subember makrifat, yakni pendengaran (yang dengannya seseorang menjadi muslim) dan penglihatan ( penyaksian kontemplatif, musayahadah).
Dalam pengetahuannya tentang makrifat ia juga mengidentikkan pengetahuan dengan iman, ketakwaan dan kualitas spiritual lainnya. Ia juga menjelaskan “sosiologi makrifat” yang memaparkan secara luas, yang sebenarnya, hubungan mereka dengan para nabi, dan ganjaran bagi mereka yang menyalah gunakan pengetahuannya mereka untuk keutuhan duniawi.

Tidak ada komentar: